Fatmawati adalah anak tunggal dari pasangan H. Hassan Din dan Siti Chadidjah. Beliau lahir di Bengkulu pada tanggal 5 Februari 1923.
Peliknya keadaan finansial keluarga saat itu membuat Fatmawati harus berpindah sekolah dan rumah. Ia pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tingkat II, Hollandsch Inlandsche School (HIS), kemudian bermukim di Palembang, dan akhirnya tinggal di Curup, sebuah kota yang berada di antara Lubuk Linggau dan Bengkulu.
Sejak kecil, Fatmawati dibekali dengan nilai-nilai agama oleh keluarganya, terutama kepiawaiannya dalam melantunkan ayat suci Al-Quran. Beliau juga pandai bergaul dan aktif mengurus organisasi Muhammadiyah. Organisasi inilah yang menjadi awal pertemuan Fatmawati dengan Ir. Soekarno.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka tidaklah mudah. Namun, setelah proses diskusi, akhirnya mereka memutuskan untuk membacakan teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi, masih ada beberapa hal yang menghambat momen sakral tersebut, seperti sulitnya mencari kain bendera.
Berkat bantuan Hitoshi Shimizu lewat perantara Chairul Basri, kain itu sampai di tangan Fatmawati dari sebuah gudang Jepang di kawasan Pintu Air, Jakarta Pusat. Hanya itu satu-satunya kain yang bisa dijahit untuk bendera. Sambil meneteskan air mata, Fatmawati menjahit kain tersebut menggunakan mesin jahit tangan. Sebab, ia tak diizinkan menggunakan mesin jahit kaki lantaran tengah hamil tua.
Ayahanda dari Fatmawati, H. Hassan yang mengidap asma, Bu Fatmawati prihatin dengan kondisi anak-anak yang terserang penyakit TBC di kawasan pemukiman padat penduduk. Ia bersikeras untuk membantu pengobatan anak-anak tersebut dengan mendirikan sanatorium (rumah sakit untuk penyakit jangka panjang) khusus anak.
Dipilihlah Cilandak karena masih asri dan luas untuk menampung pasien. Tanggal 24 Oktober 1954, peletakkan batu pertama rumah sakit pun dimulai dan rampung pada tahun 1958. Tanggal 20 Mei 1967, Rumah Sakit Ibu Soekarno berganti nama menjadi RSUP Fatmawati. Pergantian ini diusulkan oleh Direktur Rumah Sakit yang menjabat kala itu, yakni Soehasim, serta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin atas persetujuan masyarakat.
Fatmawati melakukan umrah di tahun 1980. Perjalanannya didampingi oleh Dien Sumaryo, kakak ipar istri Bung Hatta. Sayangnya, beliau meninggal karena serangan jantung ketika melakukan transit di Kuala Lumpur, Malaysia, sebelum kembali ke tanah air. Ia dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.
Fatmawati meninggalkan 5 orang anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Komentar
Posting Komentar