Apa kamu tahu kalau Indonesia pernah dijajah oleh Belanda, Jepang, dan Inggris? Setelah melalui masa penjajahan yang cukup panjang, di tahun 1945, Indonesia mulai menyiapkan kemerdekaannya. Kamu tahu nggak gimana kronologi proklamasi kemerdekaan Indonesia? Yuk, ikuti kisah detik-detik menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia di artikel ini!
Persiapan Kemerdekaan
Kalau kamu mau sukses melaksanakan satu
acara, pastinya butuh persiapan yang matang, kan. Sama juga dengan kemerdekaan
Indonesia. Persiapannya sudah dilakukan sejak lima bulan sebelumnya, tepatnya
pada 1 Maret 1945. Pada saat itu, dibentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu
Junbi Cosakai. Badan ini diresmikan pada 29 April 1945 dan diketuai oleh
Radjiman Wedyodiningrat.
Sebagai persiapan, BPUPKI melakukan dua
kali sidang. Sidang pertama dilakukan pada 29 Mei-1 Juni 1945. Sidang ini bertujuan
untuk menentukan rumusan dasar negara. Pada kesempatan itu, Soepomo, Mohammad
Yamin, dan Soekarno, masing-masing mengajukan konsep yang telah mereka buat.
Pada 1 Juni 1945, terpilihlah rumusan dasar negara yang diajukan oleh Soekarno,
yang kelak kita kenal sebagai Pancasila. Itulah mengapa tiap 1 Juni, kita
peringati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Sebagai tindak lanjut, pada 22 Juni 1945,
dibentuklah panitia kecil beranggotakan sembilan orang yang disebut dengan
Panitia Sembilan. Panitia sembilan bertugas untuk mematangkan rumusan dasar
negara. Panitia ini kemudian menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Pada piagam ini, termuat rumusan dasar negara yang setelah beberapa perubahan
menjadi Pancasila, seperti yang kita kenal hari ini. Adapun sidang kedua
dilakukan pada 10-14 Juli 1945 dan menghasilkan rumusan Undang-Undang Dasar
lengkap dengan pembukaannya (preambule).
Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh
pemerintah Jepang karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya. Kemudian, pada
12 Agustus 1945, dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
atau Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang. Panitia ini diketuai oleh
Soekarno dan beranggotakan 21 orang. Tugas PPKI adalah untuk melanjutkan
tugas-tugas organisasi sebelumnya, yaitu BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia.
Berita Kekalahan Jepang
Di penghujung Perang Dunia II, terjadi
suatu peristiwa yang sangat memukul Jepang. Salah satunya adalah peristiwa
pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Peristiwa
tersebut mendorong Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15
Agustus 1945. Berita tentang kekalahan Jepang menyebar dengan cepat lewat radio
dan didengar oleh tokoh-tokoh muda Indonesia. Bersama dengan Moh. Hatta,
golongan muda ini mengadakan rapat di Pegangsaan Timur.
Rapat dipimpin oleh Chaerul Saleh untuk
membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Salah satu hasilnya, mereka
mendesak Soekarno dan Moh. Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan saat itu
juga, atau paling lambat pada 16 Agustus 1945. Hasil rapat ini disampaikan oleh
Wikana dan Darwis kepada Soekarno, namun terjadi perbedaan pendapat.
Soekarno menolak permintaan tersebut karena
masih menunggu keputusan dari pihak Jepang. Selain itu, Soekarno juga tidak
bisa memutuskannya sendiri. Ia harus berunding dengan tokoh golongan tua
lainnya. Golongan tua merupakan orang-orang yang kooperatif kepada Jepang.
Mereka tidak ingin terlalu buru-buru dalam memproklamasikan kemerdekaan karena
Jepang sebenarnya telah berjanji untuk memerdekakan Indonesia pada 27 Agustus
1945. Golongan tua tidak ingin ada pertumpahan darah kembali.
Sementara itu, golongan muda menganggap
Indonesia sudah cukup kuat untuk menyatakan kemerdekaannya. Setelah beberapa
rapat dilakukan, dan golongan tua tetap memutuskan untuk menunda proklamasi,
akhirnya golongan muda mengamankan Soekarno ke Rengasdengklok agar tidak
mendapat pengaruh dari Jepang.
Peristiwa Rengasdengklok
Karena Soekarno dan Moh. Hatta meminta para
pemuda untuk sabar dalam mengumumkan proklamasi, Soekarno dan Moh. Hatta pun
diamankan ke Rengasdengklok, Jawa Barat oleh para pemuda. Mereka dijemput pada
16 Agustus 1945 pukul 4.30 WIB oleh rombongan golongan muda. Sementara itu, di
Jakarta akan dilaksanakan rapat anggota PPKI di gedung Chuo Sangi In.
Ahmad Soebardjo yang saat itu mencari
keberadaan Soekarno dan Moh. Hatta pun diberangkatkan ke Rengasdengklok untuk
bertemu dan berunding dengan mereka. Akhirnya Soebardjo berjanji dengan jaminan
nyawa kepada golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada
keesokan harinya selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu,
akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta dibawa kembali ke Jakarta.
Perumusan Naskah Proklamasi
Dari Rengasdengklok, rombongan tiba kembali
di Jakarta pukul 23.30 WIB. Mereka memutuskan untuk istirahat sebentar di rumah
masing-masing. Sebelum merumuskan naskah proklamasi, Soekarno dan Moh. Hatta
menemui Mayor Jenderal Nishimura untuk menanyakan sikapnya mengenai proklamasi
kemerdekaan. Sayangnya, tidak ada kesepakatan dalam pertemuan tersebut karena
Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, sehingga mereka tidak dibolehkan untuk
mengubah keadaan politik di Indonesia sampai kedatangan Sekutu. Akhirnya,
Soekarno dan Moh. Hatta memutuskan untuk melanjutkan pembuatan naskah proklamasi.
Setelah itu, Soekarno dan Moh. Hatta pergi
ke rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Ahmad Soebardjo. Walaupun orang
Jepang, laksamana ini memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh Indonesia dan
beliau memberi jaminan keselamatan.
Kata “Proklamasi” adalah sumbangan
pemikiran Soekarno, kalimat pertama adalah sumbangan pemikiran Ahmad Soebardjo,
dan kalimat terakhir merupakan sumbangan pemikiran Hatta. Teks itu kemudian
diberi saran dan sedikit perubahan oleh Sukarni, lalu diketik oleh Sayuti
Melik. Terakhir, Sukarni memberi usulan bahwa naskah ini sebaiknya
ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada pukul
04.30 WIB konsep naskah proklamasi selesai disusun.
Buat kamu yang tinggal di Jakarta, mungkin
kamu pernah melewati lapangan Monumen Nasional (Monas), kan? Semula, pembacaan
teks Proklamasi akan dilaksanakan di lapangan tersebut. Dulu, namanya adalah
Lapangan Ikada. Namun, Soekarno merasa jika diadakan di tempat yang luas dan
ramai, hal itu dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer
Jepang. Kemudian, ia mengusulkan untuk menyelenggarakan proklamasi di rumahnya
di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Detik-detik menuju proklamasi kemerdekaan
Indonesia semakin dekat. Setelah disepakati, proklamasi akan dibacakan pada
pukul 10.00 WIB di rumah Soekarno. Sementara itu, Moh. Hatta berpesan kepada
para pemuda yang bekerja di kantor pers, B.M. Diah untuk memperbanyak naskah
teks proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia.
Pagi harinya, rumah Soekarno sudah dipadati
oleh banyak orang. Shodanco Latief Hendraningrat menugaskan anak buahnya untuk
berjaga-jaga di sekitar rumah Soekarno. Ia menunggu kedatangan Moh. Hatta untuk
membacakan naskah tersebut. Setelah Bung Hatta datang, upacara dimulai.
Pada awalnya, S.K. Trimurti diminta untuk
mengibarkan bendera, namun ia menolak. Menurutnya, pengibaran bendera sebaiknya
dilakukan oleh seorang prajurit. Akhirnya, ditunjuklah Shodanco Latief
Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh S. Suhud. Sementara itu,
bendera merah putih dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno. Upacara berlangsung
syahdu dan para hadirin spontan menyanyikan Indonesia Raya ketika bendera
dikibarkan.
Penyebarluasan Berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Berita proklamasi disebarluaskan melalui
siaran radio dari kantor berita Domei. Mendengar berita ini, pihak Jepang
melarang penyiaran berita proklamasi itu. Kemudian, pada 20 Agustus 1945, alat
pemancar di Domei diputus dan disegel, sehingga pegawainya dilarang masuk.
Tanpa kehilangan akal, para pemuda kemudian membuat alat pemancar baru yang
mereka ambil dari alat-alat pemancar dari kantor berita Domei.
Alat pemancar ini dibawa ke Menteng dan berita tersebut segera disiarkan ke seluruh Indonesia. Selain dari radio, penyebaran berita proklamasi dilakukan lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian Jawa pada 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Wah, untung para pemuda tidak kehabisan akal, ya. Selain itu, para tokoh PPKI yang berasal dari luar Jakarta juga diminta untuk kembali ke daerah mereka masing-masing untuk menyebarluaskan berita proklamasi, seperti Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam Ratulangi dari Sulawesi, Ketut Pudja dari Bali, dan A.A. Hamidan dari Kalimantan.
Itu dia peristiwa detik-detik menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia. Penuh perjuangan tentunya, ya. Kita harus bersyukur karena kerja keras para pahlawan yang terlibat dalam peristiwa tersebut, kita bisa hidup tenang kini.
Komentar
Posting Komentar